SELAMAT DATANG DI WEBLOG SMA NEGERI 5 KOTA TERNATE, MOHON MAAF BILA POSTINGAN BLOG INI BELUM TERLALU MAKSIMAL,BLOG INI SEMENTARA DIPROSES BY LA MUDI, S.Pd

Rabu, 07 Desember 2011

Profesionalisme Guru



A.  Profesionalisme Guru
1.   Pengertian Profesionalisme
Profesi diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mensyaratkan persiapan spesialisasi akademik dalam waktu yang relatif lama di perguruan tinggi baik dalam bidang sosial, eksata, maupun seni dan pekerjaan itu lebih bersifat mental intelektual dari pada fisik manual, yang dalam mekanisme kerjanya dikuasai oleh kode etik.
Menurut Soejipto Dkk (2000:12) “Profesi adalah jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dan etikat khusus serta baku (standar) layanan”. Disamping istilah profesi tersebut, ada istilah-istilah yang berkaitan dengan profesi yaitu:
a.   Profesinal adalah orang yang melaksanakan profesi yang berpendidikan minimal S1 dan mengikuti pendidikan profesi atau lulusan pendidikan S1 dalam bidangnya juga harus mengikuti pendidikan profesi (diklat khusus profesi ) misalnya diklat calon hakim.
b.   Profesionalime adalah ide, aliran atau pendapat bahwa suatu profesi harus dilaksanakan profesional dengan mengacu kepada norma-norma profesionalisme. Misalnya dalam melaksanankan profesinya, profesional harus mengutamakan kliennya (mitra kerjanya), bukan imbalan yang diterimanya.
c.   Profesionalisasi adalah suatu proses perubahan secera individual maupun kelompok atau menuju kemampuan profesional tertentu.
d.   Para profesional adalah orang yang tugasnya membantu profesional pendidikan para profesional lebih rendah dari seorang profesional. Pendidikan para profesional hanya sampai pada program diploma I – III. Contoh : para medis atau perawat yang tugasnya membatu tenaga medis atau dokter.
e.   Profesional spesial adalah tingkatan tertinggi dalam dunia profesional. Profesional spesial adalah mereka yang pendidikannya minimal pasca sarjana (S2) atau graduate study. Jadi berdasarkan kutipan diatas bahwa seorang profesional itu harus benar-benar profesional dan punya keahlian dan kemampuan tersendiri dan minimal S2, ini menandakan bahwa guru harus mampu membuat perencanaan pengajaran, kemampuan mengajar dan kemampuan berkomunikasi. Disamping pengertian istilah-istilah profesi diatas, juga ada beberapa para ahli yang memberikan pengertian tentang profesi.
Didi Atmadilaga (Dalam Sanusi, 1999) mengemukakan profesi adalah :
“wewenang praktek suatu kejujuran yang bersifat pelayanan kemanusiaan secara intelektual spesifik yang sangat tinggi yang didukung oleh penguasaan pengetahuan keahlian serta seperangkat sikap dan keterampilan teknik, yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus, yang penyelenggaraannya dilimpahkan kepada lembaga pendidikan tinggi yang bersama memberikan ijin praktek atau penolakan praktek dan kelayakan praktek yang dilindungi oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik yang diawasi langsung oleh pemerinta asosiasi profesi yang bersangkutan”.
Walter Johnson (A. Sanusi, 1999:17) mengartikan profesional (profesionalis) sebagai: “seseorang yang menampilkan suatu tugas khusus yang mempunyai tingkat kesulitan lebih dari bisa dan mempersyaratkan waktu persiapan pendidikan cukup lama untuk menghasilkan pencapaian kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang berkadar tinggi. Seorang dikatakan  profesional apabila menunjukan standar untuk kerja yang baku dan jelas, memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh lewat lembaga pendidikan yang memiliki standar akademik, organisasi profesi yang jelas dan memadai, kode etik yang mengatur keprofesiannya serta imbalan jasa terhadap jasanya.
Adapun ciri-ciri utama itu sendiri menurut Sanusi et. Al (dalam profesi keguruan 1999:17):
a.   Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikasi sosial yang menentukan (Crusial).
b.   Jabatan yang menuntut ketrampilan/keahlian tertentu.
c.   Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu dapat melalui pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
d.   Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik dan eksplisit yang bukan hanya sekedar khalayak umum.
e.   Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama.
f.    Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dari sosialisasi nilai-nilai itu sendiri.
g.   Dalam memberikan layana kepada masyarakat anggota prosfesi itu berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.
h.   Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.
i.    Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom dan bebas campur tangan orang luar.
j.    Jabatan ini mempunyai profesi yang tinggi dalam masyarakat, dan oleh karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan guru kurang profesional dalam memangku jabatannya. Pertama, faktor internal biologis. Guru manusia yang juga butuh kesehatan dan nutrisi seimbang melalui pola makan yang sehat agar bisa produktif. Sesuai anjuran para ahli, pola makan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Bisa disimpulkan, bagaimana mungkin para guru bisa sehat (produktif dan profesional), kalau hanya sekali makan telur atau lauk Kedua faktor internal psikologis. Di samping punya tanggung jawab terhadap anak didik dan lembaga pendidikan, guru juga punya tanggung jawab terhadap keluarga (anak, suami/istri). Dengan penghasilan minim, ia akan mengalami ketidakpastian kesejahteraan hidup diri dan keluarganya. Sehingga satu per satu akan muncul kebutuhan atau dorongan lain. Keadaan munculnya dua kebutuhan atau lebih saat bersamaan, akan menimbulkan konflik. Kurt Lewin (1890-1947) membedakan tiga macam konflik. Konflik yang dialami para guru adalah konflik approach, yakni jika dua kebutuhan atau lebih muncul secara bersamaan dan keduanya mempunyai nilai positif bagi individu. Ketiga, faktor eksternal psikologi. Gaji yang minim, penunjang profesionalitas juga minim. Kalau gaji minim tapi tanggung jawab berat, guru akan merasa tidak dihargai. Ada suatu kisah seorang guru di Jakarta yang harus mengajar anak-anak orang kaya. Murid-murid yang diajarnya sudah bisa komputer, internet, bahasa Inggris, dan berwawasan luas, disebabkanorang tuanya langganan koran. Akibatnya, sang guru merasa minder.  (Uspendi, 2007).

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites