SELAMAT DATANG DI WEBLOG SMA NEGERI 5 KOTA TERNATE, MOHON MAAF BILA POSTINGAN BLOG INI BELUM TERLALU MAKSIMAL,BLOG INI SEMENTARA DIPROSES BY LA MUDI, S.Pd

Ini adalah foto-foto guru SMA negeri 5 Kota Ternate

Kebersamaan, kerja sama, satu konsep serta komitmen merupaka kunci keberhasilan seorang pemimpin.

Ini adalah foto guru SMA negeri 5 Kota Ternate

Kebersamaan, kerja sama, satu konsep serta komitmen merupaka kunci keberhasilan seorang pemimpin.

Ini adalah foto guru SMA negeri 5 Kota Ternate

Kebersamaan, kerja sama, satu konsep serta komitmen merupaka kunci keberhasilan seorang pemimpin.

Ini adalah foto guru SMA negeri 5 Kota Ternate

Kebersamaan, kerja sama, satu konsep serta komitmen merupaka kunci keberhasilan seorang pemimpin.

Ini adalah foto guru SMA negeri 5 Kota Ternate

Kebersamaan, kerja sama, satu konsep serta komitmen merupaka kunci keberhasilan seorang pemimpin.

Ini adalah foto guru SMA negeri 5 Kota Ternate

Kebersamaan, kerja sama, satu konsep serta komitmen merupaka kunci keberhasilan seorang pemimpin.

Ini adalah foto guru SMA negeri 5 Kota Ternate

Kebersamaan, kerja sama, satu konsep serta komitmen merupaka kunci keberhasilan seorang pemimpin.

Selasa, 13 Desember 2011

MOBILISASI MASSA


Pengorganisiran dan Mobilisasi Massa

Sebelum kita sampai kepada persoalan taktik-taktik pengorganisiran mobilisasi massa, ada beberapa hal yang menjadikan mobilisasi massa sangat penting saat ini dan barangkali ini bisa dijadikan referensi untuk mengembangkan suatu tujuan dalam menyampaikan aspirasi kepada pemerintah :
·        Sejak krisis ekonomi di Indonesia yang mencapai puncaknya di tahun 1998, penderitaan rakyat semakin bertambah. Menariknya bahwa krisis ekonomi ini terjadi seiring dengan terjadinya krisis politik. Inilah yang menyebabkan bahwa krisis ekonomi justru mendorong massa rakyat bangkit melawan. Puncaknya adalah turunya Suharto dari kursi presiden. Kini demonstrasi-demonstrasi tidak lagi ekslusif milik mahasiswa ataupun kaum buruh pabrik yang telah lebih dahulu bangkit melawan. Saat ini hampir seluruh sektor melakukan peralawanan dengan cara aksi massa sebagai alat untuk mendapatkan kepentingan mereka.
·        Kebijakan ekonomi Gus Dur yang merugikan rakyat seperti pencabutan subsidi rakyat dll juga telah menimbulkan gejolak yang masif di rakyat. Perlawanan terhadap pemerintah juga terlihat semakin lama semakin masif, terakhir seperti yang ditunjukan oleh kaum guru.
·        Partai-partai politik dan parlemen sama sekali tidak bersikap atas penderitaan ini. Bahkan mereka turut serta menghasilkan kebijakan ini (misal kebijakan pencabutan subsidi). Rakyat mulai disadarkan bahwa partai-partai politik (termasuk partai-partai politik popular seperti PDI-P, PAN) tidaklah berpihak kepada mereka. Rakyat sadar bahwa tokoh-tokoh politik (Mega, Amien Rais) adalah tokoh-tokoh “Reformis” gadungan.
·        Sejak kejatuhan Suharto hingga pemerintahan Gus Dur saat ini ruang kebebasan semakin terbuka. Seiring dengan adanya sedikit kebebasan ini, metode mobilisasi/penherhan massa bukan saja menjadi milik kaum revolusioner atau radikal, demokrat melainkan kalangan oportunis, reaksioner, borjuispun menggunakan metode mobilisasi massa. Bahkan bukan saja mobilisasi massa melainkan juga pendirian wadah-wadah massa permanen juga dilakukan oleh kalangan non kita. Dari mulai LSM, kelompok-kelompok demokrat non partisan hingga partai-partai politik dan kekuatan orde baru telah mulai membangun wadah-wadah massa.
·        Walaupun demikian sebenarnya perkembangan subjektif gerakan jauh-jauh tertinggal di belakang perlawanan spontan massa rakyat. Gerakan spontan massa yang tidak oleh kita menyebabkan : Pertama, aksi-aksi/mobilisasi/demonstrasi tidak menghasilkan wadah perjuangan massa secara permanen. Kedua, mereka akan dikuasai oleh kelompok lain non kita, bahkan digerakan ke arah reaksioner. Ketiga, tanpa dipimpin oleh kita aksi ini tidak menghasilkan kesadaran yang lebih maju lagi, bahkan propaganda borjuasi menjadi kesadaran mereka secara umum. Misalnya saja aksi guru kemarin yang juga menyisipkan tuntutan penolakan pencabutan Tap MPRS No 25 tentang pelarangan ML yang diusulkan Gus Dur.
·        Terakhir situasi perkembangan gerakan rakyat ada satu potensi diman kita dapat menggerakan rakyat secara besar. Kebijakan pemerintahan Gus Dur (akibat tekanan Imperialis via IMF) seperti menaikan tunjangan pejabat hingga 2000% telah membawa kemarahan PNS (khususnya kaum guru). Potensi bergeraknya rakyat pekerja akibat kebijakan kenaikan upah yang sangat kecil juga ada dihadapan mata. Begitu pula dengan mahasiswa dengan adanya pengurangan subsidi pendidikan. Sementara kaum tani potensi seperti subsidi pupuk, pajak impor beras yang rendah yang menghancurkan harga gabah. Dan yang paling menyangkut secara luas adalah rencana kenaikan BBM (walaupun akhirnya ditunda). Artinya potensi untuk dapat menggerakan massa secara besar dengan isu diatas sangat mungkin menjadi kenyataan. Jadi pengorganisiran mobilisasi massa bukan saja ditujukan untuk menggerakan massa satu kampung, pabrik, kampus, desa, melainkan juga pengorganisiran massa seluruh kampung, pabrik, desa, dan kampus juga menjadi tugas mendesak kita. Tentu saja tujuan kita bukan hanya untuk menggerakan semata melainkan membangun kekuatan mereka yang dipimin oleh kita.

Berdasarkan kondisi diatas, maka tugas mendesak kita saat ini adalah :
·        Mengorganisir, memobilisasi, menggerakan dan memimpin perlawanan mereka (baik dalam satu isu khusus/lokal :kampung, pabrik, desa, kampus hingga isu umum sektoral bahkan isu umum yang lintas sektor).
·        Membentuk wadah-wadah perlawanan massa permanent.Wadah-wadah permanen ini bila berhasil dijaga dan terus diperbesar akan menjadi kekuatan pelopor kita untuk menggerakan massa secara lebih besar lagi.
·        Mempercepat pengkaderan (rekruitment).
Ketiga proses diatas dilakukan secara bersamaan. Sambil kita mengagitasi dan membuat struktur perlawanan.

Prinsip pengorganisiran :
I. Agitasi/Propaganda/Kampanye.

     Keberhasilan sebuah aksi yang besar dan direncanakan akan sangat tergantung (apalagi bagi organisasi yang masih kecil) dari keberhasilan kerja-kerja agitasi/propaganda/kampanye yang didasarkan pada tuntutan umum massa yang tidak mau dipenuhi oleh pemerintah (lain halnya dengan aksi massa besar yang spontan akibat ledakan, yang tidak mungkin diperkirakan). Keberhasilan dari kerja-kerja ini terlihat dari:
·        Terbangunya atmosfir isu-isu atau tuntutan-tuntutan yang dipropagandakan.
·        Kesiapan (dukungan) massa secara luas untuk terlibat dalam rencana aksi (termasuk menarik aliansi/sekutu/kelompok).
·        Kesiapan subjektif organisasi memimpin aksi ini.
·        Reaksi pemerintah.
·        (Bila aksinya terbuka) maka tanggal aksi (serta tempat aksi) juga menjadi popular di massa.

Semua alat-alat propaganda harus selalu dihubungkan dengan perluasaan propaganda isu yang kita pergunakan untuk aksi. Jadi setelah disepakati isunya, maka semua terbitan, poster, statement, diskusi, seminar, selebaran, grafity action (corat-coret) harus dihubungkan dengan hal diatas.

II. Pengorganisiran

Kerja-kerja propaganda dan agitasi harus juga sejalan dengan pengorganisiran massa guna persiapan aksi tersebut. Artinya seluruh pengorganisiran massa harus dipergunakan “nantinya” untuk kekuatan aksi yang kita selenggarakan.
Secara umum “organiser”aksi ini harus terwujud secara massal. Dari mulai mengkonsolidasikan basis kita yang sudah terorganiser hingga perluasaanya. Ini harus menjadi tugas pekerjaan/pengorganisiran bukan saja bagi kader melainkan setiap massa yang terlibat aktif dalam rencana aksi. Sejak awal pengorganisiran harus terbangun jaringan agen/koordinator pengorganisiran (yang akan diperbaiki dalam setiap perkembangan pengorganisiran). Secara ekstrem dapat dikatakan “setiap hari” harus ada tambahan jumlah massa yang bisa diajak aktif untuk acara ini (menjadi organiser). “Setiap hari” harus ada tambahan kontak baru yang mau mengkonsolidasikan tempatnya (tempat tinggal/kerja) untuk diajak ikut rencana aksi ini. “Setiap hari” harus ada kontak perluasaan daerah basis yang bisa diajak dan aktif membangun kekuatan dibasis daerahnya.
·        Jumlah basis (yang diorganisir dan perluasan/kontak), semua laporan perkota dan basis diatas)dilaporkan kembali.
·        Laporan kekuatan massa pelopor untuk memimpin/mendorong massa dalam kota/basis terlibat dalam aksi.
·        Laporan distribusi selebaran, poster dan corat-coret dan distribusinya.
·        Kesimpulan dari respon/tanggapan/usulan massa di seluruh basis yang diorganisir dan massa umum kaum buruh maupun non buruh.
·        Respon penguasa, penduduk setempat, aparat dan pemerintah.
·        Evaluasi pengorganisiran
·        Evaluasi struktur koordinator/agen/mobilisasi hingga perubahannya.
·        Rencana kedepan (hingga pertemuan wilayah).

Rapat Umum (semua koordinator dari seluruh tingkatan)
Menjelang hari H akan ada pertemuan besar (seluruh koordinator hingga koordinator terkecil untuk mencek kesiapan massa).

Taktik Strategi Atas :
          Pada saat ini sangat mungkin untuk mempergunakan strategi atas untuk mendukung dan memaksimalkan kerja-kerja dibawah. Yang dimaksud strategi atas disini bukan saja persoalan kampanye (seperti dalam bentuk seminar terbuka) melainkan melakukan seruan aksi nasional terbuka jauh-jauh hari. Kita tidak akan melakukan ini jika tidak terlihat kesiapan hasil kerja kawan-kawan di pengorganisiran. Setelah dilihat kesiapan untuk melakukan mobilisasi umum nasional/wilayah, maka pimpinan pusat/wilayah akan mengeluarkan seruan terbuka tentang aksi itu. Ini dilakukan juga paling cepat satu bulan sebelum aksi dilakukan. Setelah ini harus dilakukan dukungan dari daerah-daerah baik berupa konferensi pers maupun aksi agar terlihat kebesaran dari rencana aksi nasional. Dukungan juga harus datang dari organisasi lain : Mahasiswa, LBH, LSM hingga partai-partai dan tokoh-tokoh. Adanya tanggapan dari pemerintah biasanya akan justru mendorong kampanye kita (memperluas atmosfir agitasi propaganda kita). Kerja-kerja pengorganisiran di bawah dapat lebih terdorong lagi. Walaupun kemungkinan represif dan kontra aksi akan dilakukan aparat keamanan, pengusaha dan pemerintah.
Lain-Lain : Seminar, talk show dll.

Aliansi/Front

          Kesiapan kita untuk melakukan mobilisasi massa umum harus dilakukan sesuai dengan target kita. Cara-cara yang dipergunakan dalam aliansi/front harus diusahakan semua tuntutan, program dan taktik kita dapat diterima. Melihat watak kelompok-kelompok massa yang ada. Aliansi/front akan sangat mungkin terbentuk/terdorong jika kita berhasil melakukan pra kondisi. Dengan cara mempelopori pra kondisi kita juga dapat memimpin.

Aksi Pra Kondisi :
          Aksi pra kondisi yang dilakukan dimaksudkan untuk melihat tingkat konsolidasi dan persiapan massa sebelum aksi. Aksi yang terpenting adalah aksi rally, demo, rapat akbar di satu kawasan/kota. Jadi aksinya di basis massa. Ini dimaksudkan untuk memaksimalkan kerja propaganda dan mencek tingkat dukungan massa dan latihan bagi mobilisasi pada hari H nantinya. Sebelum aksi ini dilakukan terlebih dahulu dilakukan kampanye baik dalam strategi bawah (pengorganisiran, selebaran) maupun strategi atas : Konferensi pers atau kalau perlu ada aksi awal dengan mengadakan aksi mendatangi DPR, Depnaker dll.
Catatan tentang front : Bila front berhasil terbentuk maka kegiatan yang dilakukan dapat dilakukan atas nama front termasuk siapa yang menyerukan aksi (nasional) dan dukungan daerah. Tetapi yang harus diingat kita tetap harus menjalankan program kita dan independen terhadap taktik kita bila front tidak menyetujui ini mejadi keputusan mengikat.
          Seluruh kerja diatas harus dapat dikontrol secara penuh oleh partai. Kontrol disini bukan saja dimaksudkan untuk menerima laporan kerja kawan-kawan melainkan juga memberikan arahan secara regular dan konsisten dan membantu pekerjaan ini secara sistematis. Semua kerja-kerja di pengorganisiran (pabrik, kota, wilayah) harus dilaporkan secara rutin hingga kepusat. Hingga jauh-jauh hari sebelum hari H sudah bisa dilihat kesiapan dan kemungkinan keberhasilan aksi tersebut.
          Semua tindakan kerja-kerja pengorganisiran (dalam setiap pertemuan dan diskusi massa) dilakukan dalam satu gerak yang sama yaitu:
·        Agitasi dan propaganda : agitasi isu, propaganda untuk bersatu, tuntut ke pemerintah.
·        Kondisi basis (tempat kerja/tinggal) dan massa (untuk menetapkan taktik pengorganisiran) : jumlah massa, geopolitik basis, isu/tuntutan/persoalan basis.
·        Peremuan berikut di basis-basis yang lebih kecil.
·        Pemilihan koordinator sementara.
·        Ada absensi.
·        Seruan untuk mengajak kontak dalam pertemuan massa berikut.
·        Kerjaan ini terus dilakukan berulang-ulang di setiap basis baru hingga menjelang hari H.

Catatan : Bila satu basis telah terkonsolidasi maka pertemuan-pertemuan massa di basis dapat dihentikan dan digantikan hanya dengan tugas penyebaran bacaan dan mencari kontak di tempat lain. Tetapi pertemuan seluruh koordinator dalam satu basis tetap dilakukan.

A. Pertemuan koordinator dibasis yang paling kecil: pabrik/kampung/desa/kampus :
 Laporan (ditulis) :
·        Jumlah kumpulan (sesuai dengan struktur mobilisasi), berapa massa yang hadir dalam kumpulan (dari absensi). Dari kumpulan yang ada berapa % kemampuan untuk memobilisasi massa di basis tersebut.
·        Jumlah selebaran/poster yang didistribusikan dan corat-coret yang dilakukan.
·        Respon/tanggapan/usulan massa dan respon penguasa
·        Kontak massa lain yang ikut kumpulan.
·        Rencana pengorganisiran berikut/perluasan.
·        Evaluasi pengorganisran
·        Evaluasi struktur koordinator/agen/mobilisasi hingga perubahannya
·        Rencana ke depan (hingga pertemuan kota/wilayah terdekat).
·        Lain-lain

B. Pertemuan kota/wilayah (pertemuan koordinator-koordinator basis terkecil) :
Laporan Per kota (ditulis) :
·        Geo-politik : jumlah massa, pengalaman revolusioner massa kota , peta geo-politik kota, lokasi kekuatan massa yang telah terorganisir, lokasi-lokasi basis strategi (sasaran pengorganisiran), kondisi masyarakat setempat, aparat, rute-rute jalan, transportasi dll.
·        Jumlah basis (yang diorganisir dan perluasan/kontak): semua laporan basis terkecil dilaporkan kembali.
·        Laporan kekuatan massa kepeloporan untuk memimpin/mendorong seluruh massa dalam satu “kota/lokasi” terlibat.
·        Laporan distribusi selebaran, poster dan corat-coret dan distribusinya.
·        Kesimpulan dari respon/tanggapan/usulan massa di seluruh basis yang diorganisir dan massa umum.
·        Respon massa setempat dan aparat.
·        Evaluasi pengorganisiran.
·        Evaluasi struktur koordinator/agen/mobilisasi hingga perubahannya.
·        Rencana ke depan (hingga pertemuan wilayah)

C. Pertemuan wilayah (pertemuan koordinator kota yang bisa diperluas melibatkan   koordintor basis).
Laporan wilayah (ditulis) :
·        Geo politik wilayah : jumlah massa, pengalaman revolusioner massa wilyah, peta geo-politik wilayah, lokasi kekuatan kota-kota yang di organisir, lokasi-lokasi kota strategis (sasaran pengorganisiran), kondisi masyarakat setempat, penguasa, aparat, rute-rute jalan, transportasi, dll.
·        Jumlah kota yang menjadi basis.

I. Bentuk Agitasi
1. Agitasi-Propaganda tertulis
A. Agitasi dan propaganda terbuka/umum/massal.
                   Untuk aksi wilayah maka agitasi lewat poster biasanya sangat efektif untuk mensosialisasikan tuntutan-tuntutan kita, untuk membangkitkan atmosfir perlawanan disana. Apalagi ketika basis kita di wilayah tersebut masih lemah. Penempelan poster harus ditempelkan di tempat-tempat strategis yaitu tempat berkumpul massa.
      B.  Agitasi lewat selebaran.
     Tanpa selebaran tidak mungkin ribuan, puluhan ribu massa dapat kita organisir. Karena tidak mungkin kita mengumpulkan ribuan massa dan membicarakan hal ini, disamping tidak aman juga tidak ada tempat. Selebaran ini sifatnya bukan saja sebagai alat untuk agitasi dan propaganda melainkan lewat selebaran ini stryktur agen-agen mobilisasi dibentuk/dibangun. Lewat selebaran ini massa dapat digerakan secara TERORGANISIR, patuh dan disiplin terhadap seluruh keputusan taktik-taktik yang kita buat. Massa akhirnya bisa dipimpin lewat selebaran. Biasanya setelah selebaran kedua maka massa akan mengerti bahwa ia akan dipimpin oleh selebaran. Jadi pada dasarnya agen selebaran adalah juga agen mobilisasi sama dengan struktur mobilisasi kita. Selebaran juga berfungsi untuk keamanan rencana aksi. Lewat selebaran maka pertemuan-pertemuan massa dapat diperkecil. Hanya agen-agen misalnya.
Catatan : Selebaran tidak hanya dipergunakan pada pra aksi melainkan juga pada pasca aksi hari pertama atau untuk menggerakan aksi kembali, memperluas aksi dll.
Di tempat-tempat didistribusikannya selebaran atau poster penting untuk dikirimkan kawan ke lokasi ini. Tujuannya untuk menagitasi dan selanjutnya mendapatkan kontak untuk diorganisir.

 2. Agitasi-Propaganda Oral  

A. Agitasi dan Propaganda lewat pertemuan/kumpulan

Ini suatu tindakan yang penting adalah untuk meyakinkan massa dan   mengaktifkan mereka dalam rencana kita. Karena biasanya ada persoalan-persoalan ataupun pertanyaan dari massa akan suatu hal yang tidak ia dimengerti. Artinya agitasi dan propaganda kita lewat selebaran harus juga dibarengi dengan agitasi-propaganda lewat pertemuan. Lewat pertemuan kita bisa menjelaskan tuntutan kita lebih panjang dan bisa diterima massa.

B. Agitasi dari rumah ke rumah

Agitasi –propaganda ini berfungsi untuk mengajak kontak untuk diyakinkan dan dapat ikut serta dalam pertemuan yang kita lakukan. Biasanya ini dipergunakan pada tahap awal pengorganisiran atau ketika ada perluasan ke basis lain dan sifatnya masih kontak.

II. Pembangunan Struktur Agen Mobilisasi

          Struktur agen yang kita bentuk disesuaikan dengan struktur basis massa yang menjadi sasaran aksi . Karena ini aksi yang sifatnya mobilisasi umum maka struktur yang dibentuk juga bukan hanya struktur agen di basis lokal melainkan struktur agen berapa basisi/kota/wilayah. Misalnya dalam satu wilayah maka harus ada struktur antar kota satu dengan struktur kota lainnya. Sementara di kota tersebut juga ada struktur antar basis.
          Pembangunan agen mobilisasi aksi wilayah sama dengan pembangunan agen dalam pengorganisiran aksi di satu basis (pabrik/kampung/desa). Bedanya adalah dalam setiap pertemuam basis, jika kita punya kontak massa basis lain, maka akan sangat baik kontak kita ini dapat diikut-sertakan, karena tuntutan kita adalah tuntutan umum seluruh massa. Ini dilakukan untuk mempercepat perluasamn basis-basis massa yang akan menjadi pelopor untuk menggerakan satu wilayah. Bahkan pada prinsipnya seluruh massa di satu basis HARUS selalu diingatkan bila punya kontak di basis lain dapat diajak ikut. Setelah itu kontak ini ditugaskan untuk mengajak kawan-kawannya dan membuat kumpulan di basisnya sendiri dan mulai membangun struktur di basis tersebut. Untuk pemilihan terhadap siapa-siapa yang menjadi koordinator maka pemilihan harus diusahakan dipilih oleh massa sendiri. Karena masalah yang mengerti siapa yang terbaik dan paling berani, paling militan dan untuk melakukan ini. Dengan pemilihan ini maka koordinator ini akan menjadi pimpinan yang akan diakui/dipatuhi oleh mereka. Sambil membangun struktur di satu basis, juga harus dilakukan pembangunan/pertemuan antar basis dan antar titik-titik/konsentrasi basis kota yang menjadi sasaran. Walaupun struktur ini bisa saja bersifat sementara karena mungkin ada pergantian.
          Catatan : Setiap koordinator harus mengetahui bagaimana menghubungi jajaran di bawahnya (koordinator dibawahnya). Artinya ia harus mengetahui tempat tinggalnya.
         
III. Peta Lokasi Aksi    
          Sebelum beregrak harus ada pemetaan (peta) wilayah. Dimana titik-titik sasaran yang menjadi sasaran aksi kita. Dimana basis-basis kita, dimana massa basis-basis lain yang tidak kita organisir akan dapat diseret dalam aksi kita. Dimana letak tujuan aksi kiat, DPRD, DPR. Depnaker, Istana, dll. Dimana letak markas tentara/polisi yang akan di mobilisir untuk menghentikan aksi kita. Dimana titik yang akan menjadi tempat pertemuan utama dari titik-titik pertemuan seluruh massa. Dimana kemungkinan kita akan dihadang, kemana kita harus mundur, kemana bila kita harus tetap sampai ke lokasi aksi.

IV. Waktu Aksi  

          Waktu aksi yang tepat adalah pada saat massa berkumpul dijalan. Misalnya jam 6.30-7.00 WIB pada saat masuk kerja. Jam berapa pelopor harus sudah berkumpul dll. Berapa waktu yang  dibutuhkan untuk mengkonsolidasikan massa di titik-titik kumpul, kapan harus titik-titik tersebut ketemu dan kapan harus segera bergerak keluar.

Hal-hal yang harus diperhatikan:
1.     Semua pekerjaan harus bersifat massal, artinya pekerjaan pengorganisiran, agitasi-propaganda, penempelan poster, pembagian selebaran harus bersifat massal, termasuk dana. Semua orang harus menjadi organisator, agitator-propagandis. Bila proses ini tidak menjadi massal bisa dipastikan sebelum aksi, bahwa kita telah gagal.
Harus ada dua tempat : tertutup dan terbuka

MANAJEMEN AKSI


Pengertian Aksi Massa

            Aksi Massa adalah suatu metode perjuangan yang mengandalkan kekuatan massa dalam menekan pemerintah / pengusaha untuk mencabut atau memberlakukan kebijakan yang tidak dikehendaki massa. Aksi massa merupakan bentuk perjuangan aktif dalam rangka merubah kebijakan yang tidak sesuai dengan kehendak massa, oleh karena aksi massa mengambil bentuk yang paling dekat dengan dinamika sosial yang berjalan dalam masyarakat.

Bentuk - Bentuk Aksi Massa

            Aksi massa dikenal dalam berbagai bentuk sesuai dengan target dan sasaran aksi. Dilihat dari aktivitas aksi ada dua bentuk aksi massa, yaitu aksi statis, dan aksi dinamis. Aksi statis adalah aksi massa yang dilakukan pada satu titik tertentu mulai sejak aksi dibuka sampai aksi dibubarkan. Aksi dinamis adalah aksi massa yang dimulai dari titik kumpul tertentu kemudian berpindah sesuai dengan sasaran aksi.
1.        Rapat Akbar;
2.        Rally/Long March;
3.        Mimbar bebas;
4.        Panggung kesenian;
5.        Teatherical

Tahapan Menuju Aksi Massa

            Hampir tidak ada aksi massa yang berjalan spontan. Kebanyakan aksi massa dipersiapkan secara matang, mulai dari kekuatan massa yang akan dilibatkan, perangkat aksi yang akan bertugas, isu dan tuntutan yang akan diangkat serta institusi yang akan dituju. Pada dasarnya aksi massa melalui tahapan sebagai berikut.
I.                   Persiapan
Gagasan untuk melakukan aksi massa biasanya lahir atau terinspirasi dari adanya syarat obyektif bahwa parlemen atau lembaga berwenang tidak tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi rakyat. Atau rakyat tidak sepenuhnya percaya pada kemampuan para wakil rakyat yang berjuang di dalam parlemen. Sebab, tidak semua anggota parlemen tentunya, dapat mengangkat permasalahan secara terbuka dalam perdebatan parlementer. Oleh karena itu, diperlukan adanya penekanan (pressure) massa untuk mengangkat permasalahan rakyat menjadi perdebatan luas dan terbuka di intra parlemen maupun di pendapat umum (public opinion) di luar parlemen.
Semua hal yang berkaitan dengan upaya penekanan dengan mengandalkan kekuatan massa harus dipersiapkan sehingga segalanya berjalan lancar. Persiapan aksi massa berjalan dalam lingkaran-lingkaran diskusi yang harus diorientasikan untuk melahirkan :
1.        Isu / Tuntutan;
Isu atau tuntutan yang akan diangkat dalam aksi massa harus dibicarakan dan diperdebatkan. Penentuan isu sangat penting karena akan memberi batasan gerak secara keseluruhan proses aksi massa di lapangan.
2.        Pra Kondisi Aksi
Pra kondisi aksi adalah aktivitas yang dilakukan sebelum aksi utama massa berlangsung. Pra kondisi tersebut bisa dalam bentuk aksi penyebaran selebaran, penempelan poster, Grafiti Action, pawai kecil-kecilan disekitar target aksi, dsb.
Tujuan pelaksanaan pra kondisi aksi adalah :
a.          Mensosialisasikan rencana aksi massa beserta dengan isu/tuntutannya.
b.          Memanaskan situasi di kawasan tertentu yang menjadi sasaran kampanye atau sasaran penyeretan massa.

3.        Perangkat Aksi Massa;
Yang dimaksud dengan perangkat aksi massa adalah pembagian kerja para partisipan aksi massa. Perangkat aksi massa ditentukan menurut kebutuhan. Biasanya, dalam aksi massa dibutuhkan perangkat sebagai berikut :
a.        Koordinator Lapangan (Kolap)
Korlap bertugas sebagai pemeimpin aksi di lapangan, yang berhak memberikan instruksi kepada massa. Keputusan untuk memulai ataupun membubarkan/mengakhiri aksi massa ditentukan oleh korlap. Ia hendaknya merupakan orang yang mempunyai kemampuan agitasi, propaganda, orasi dan komunikatif.
b.        Wakil Koordinator Lapangan (Wakolap)
Wakolap adalah pembantu kolap di lapangan. Ia berfungsi sama dengan kolap.
c.        Divisi Acara
Divisi acara bertugas menyusun acara yang akan dilangsungkan pada saat aksi massa. Divisi acara juga bertugas mengatur jalannya acara pada saat aksi berlangsung statis. Ia bertugas mengatur dan mengemas jalannya acara agar massa tidak menjadi jenuh. 
d.       Orator
Orator adalah orang yang bertugas menyampaikan tuntutan-tuntutan aksi massa dalam bahasa orasi. Ia juga merupakan agitator yang membakar semangat massa.
e.        Humas / Hubungan Masyrakat
Perangkat aksi yang bertugas menyebarkan seluas-luasnya perihal aksi massa kepada pihak-pihak yang berkepentingan, terutama pers dan media massa lainnya.
f.         Negosiator
Negosiator berfungsi sesuai dengan target dan sasaran aksi. Misalnya target dan sasaran aksi adalah pendudukan gedung DPR/DPRD sementara target tersebut tidak dapat dicapai karena dihalangi oleh aparat keamanan, maka fungsi seorang negosiator adalah mendatangi komandannya dan melakukan proses tawar menawar agar massa aksi tidak dihalang-halangi. Karena itu hendaknya seorang negosiator adalah orang yang mempunyai kemampuan seni diplomasi.
g.        Mobilisator
Orang yang bertugas memobilisasi massa, menyerukan kepada mssa untuk ikut bergabung pada massa yang akan digelar beberapa waktu mendatang. Kerja mobilisasi massa terletak sebelum aksi berlangsung.
h.        K u r i r
Satu momentum aksi massa tidak bisa dipastikan hanya dimanfaaatkan oleh satu komite aksi/kelompok saja. Bisa jadi pada saat itu satu komite aksi sedang menggelar aksi massa, ada kelompok lain yang juga menggelar kegiatan yang sama menuju sasaran yang sama. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi terjadinya kesalahpahaman antar komite aksi diperlukan fungsi kurir untuk menghubungkan kedua atau lebih komite aksi yang menggelar acara yang sama.
Selain itu, kurir juga berfungsi menjembatani komite aksi-komite aksi agar terjadi penyatuan massa atau aliansi taktis di lapangan. Kurir dalam hal ini bertugas memberikan laporan kepada kolap perihal aksi massa yang dilakukan komite aksi lain.
i.          Advokasi
Perbenturan antara massa dengan aparat keamanan harus dihindari, akan tetapi kalau pun hal itu tidak bisa dihindari, dan terjadi penangkapan oleh aparat keamanan terhadap para aktivis aksi massa. Dibutuhkan peran tim advokasi yang bertugas membela (advocate) dan memberikan perlindungan hukum terhadap aktivis aksi massa yang telah distatuskan sebagai tersangka oleh aparat keamanan. Dengan demikian, aksi massa selalu dilengkapi dengan perangkat advokasi dan lazimnya perangkat ini bekerjasama dengan institusi bantuan hukum yang mempunyai komitmen terhadap perjuangan demokrasi.
j.          Self Defence Unit (SDU) / Unit Keamanan Aksi;
Sering terjadi aksi massa radikal menjadi aksi massa anarkis karena emosi massa terpancing untuk meakukan tindakan destruktif. Ataupun aksi yang berlangsung  Chaos dengan aparat keamanan atau dengan kelompok tertentu. Antisipasi, terhadap kecenderungan semacam ini dilakukan dengan melengkapi aksi massa dengan perangkat Self Defence Unit (SDU). SDU atau disebut juga Unit keamanan (security Unit) bertugas mencegah terjadinya penyusupan oleh pihak luar yang bertujuan memperkeruh suasana. Tugasnya mengamati kondisi massa. Selain itu, SDU juga berfungsi mengatasi massa dengan yel-yal dan lagu-lagu perjuangan agar aksi massa tetap tampil bersemangat.
k.        Logistik dan Medical Rescue
Perangkat logistik bertugas menyediakan perlengkapan-perlengkapan fisik yang diperlukan dalam aksi massa seperti spanduk, poster, selebaran, pengeras suara (megaphone) dan pernyataan sikap (statement). Sedangkan medical rescue bertugas menyediakan obat-obatan dan memberikan bantuan P3K terhadap massa yang kesehatan fisiknya terganggu ketika aksi massa berlangsung. Kalau terjadi bentrok antara aparat keamanan dengan massa dan menyebabkan jatuhnya korban luka ringan, serius atau meninggal, maka tugas medical rescue untuk memberikan pertolongan pertama sebelum korban dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif.
l.          Dokumentasi
Perangkat aksi massa yang lain adalah dokumentasi. Divisi ini bertugas mengabadikan penyelenggaraan aksi massa dalam bentuk gambar (fotografi) atau dalam bentuk tulisan kronologi. Foto dan kronologis aksi massa ini penting sebagai bukti jika keadaan yang tidak diinginkan terjadi.
m.      Sentral Informasi
Sentral informasi adalah nomor telepon yang dijaga oleh seseorang yang bertugas mendapatkan dan memberikan informasi tentang kondisi massa, situasi lapangan, sampai dengan informasi-informasi lainnya.
n.        K r o n o l o g.
Kronolog berfungsi untuk mencatat segala sesuatu yang terjadi selama aksi berlangsung, mulai dari tempat star aksi sampai aksi selesai. Kronologis yang dibuat oleh kronolog nantinya berfungsi sebagai salah satu dokumentasi aksi, sebagai  bahan evaluasi aksi, dan sebagai bukti tertulis jika ada hal-hal yang terjadi kemudian. 

4.        Kelengkapan Material Aksi Massa
Selain kelengkapan struktur berupa perangkat aksi massa, dibutuhkan pula kelengkapan material yang berupa instrumen aksi massa berupa :
a.           Poster adalah kertas ukuran lebar yang dituliskan tuntutan-tuntutan aksi massa dipermukaannya. Poster berisi tuntutan aksi yang ditulis tebal dengan spidol atau cat agar jelas dibaca oleh massa dan sasaran aksi massa, ditulis dengan kalimat singkat, padat dan jelas.
b.           Spanduk adalah bentangan kain yang ditulisi tuntutan-tuntutan atau nama komite aksi yang sedang menggelar aksi massa.
c.           Selebaran adalah lembaran kertas yang memuat informasi agitasi dan propaganda kepada massa yang lebih luas agar memberikan dukungan terhadap aksi massa.
d.          Pengeras suara adalah perangkat keras elektronika yang berfungsi memperbesar volume suara.
e.           Pernyataan sikap / statement adalah pernyataan tertulis yang memberikan gambaran sikap massa terhadap satu kebijakan satu institusi/perorangan, dibacakan dibagian akhir proses aksi massa. Penyusunan pernyataan sikap biasanya didelegasikan kepada Humas atau divisi logistik.

5.        Masa Persiapan Aksi
Kehadiran massa dalam jumlah yang massif dalam aksi massa merupakan faktor yang menentukan keberhasilan aksi massa. Semakin besar kemampuan aksi suatu komite aksi dalam hal mobilisasi massa untuk memberikan suport akan semakin memberikan konstribusi positif terhadap aksi massa. Maka pada tahap persiapan aksi massa dipersiapkan perangkat aksi/divisi khusus bekerja memobilisasi massa sebelum aksi berlangsung.

6.        Target Aksi
Target aksi adalah tujuan-tujuan minimal dan maksimal yang akan diraih dalam aksi massa tersebut. Misalnya aksi massa dengan target membangun persatuan dan solidaritas, target mengkampanyekan isu/tuntutan, target memenangkan tuntutan, dll.

7.        Sasaran dan Waktu
Mobilisasi massa akan diarahkan kemana senantiasa dibicarakan dalam persiapan pra aksi massa. Instansi atau lokasi yang dituju disesuaikan dengan isu atau tuntutan yang diangkat. Oleh karena itu ditentukan pula metode aksi massa yang diterapkan : rally dari satu titik awal menuju sasaran atau massa langsung dimobilisasi ke sasaran tujuan.
Sasaran aksi massa adalah institusi perwakilan rakyat atau institusi lain yang relevan dengan tuntutan massa. Misalnya : tuntutan aksi tentang pencabutan dwi fungsi ABRI/TNI maka sasaran yang relevan untuk tuntutan tersebut adalah instansi militer. Tuntutan pembatalan kenaikan harga BBM maka institusi yang dituju adalah istana negara/kepresidenan atau dewan perwakilan rakyat.
Sedangkan waktu (momentum) aksi ditentukan berdasarkan kebutuhan yang paling mungkin dengan segala pertimbangan seperti ; basis massa, sasaran aksi massa. Jika basis massa aksi direncanakan mahasiswa, maka aksi diselenggarakan pada hari libur mahaiswa. Begitu pula dengan sasaran, kantor-kantor pemerintah di Indonesia aktif dari senin hingga jumat, dari pukul 08.00 hingga pukul 14.00 maka aksi amat tidak menarik jika dilaksanakan diluar waktu tersebut misalnya pada hari Sabtu atau minggu dan tanggal merah lainnya atau pada jam-jam kantor tutup. Momentum aksi massa yang jelas sangat menentukan. Aksi pada satu momentum bersejarah akan membuka kembali memori massa akan satu peristiwa yang tidak dihendaki terjadi oleh semua. Maka momentum dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a.        Momentum yang dibuat sendiri (ourself made momentum)
Momentum pengajuan tuntutan terhadap pemerintah untuk mencabut atau mengukuhkan kebijakan saat tertentu yang tidak ada basis materialnya pada masa lalu, bahwa pernah terjadi satu peristiwa penting yang diketahui orang banyak pada hari atau tanggal yang bersangkutan.
b.        Momentum yang disediakan (privided momentum) yaitu saat penyelenggaran aksi massa yang dipaskan dengan memperingati satu kejadian pada masa silam. Misalnya aksi mahasiswa pada tanggal 12 Mei memperingati hari tumbangnya rezim soeharto, dll.
Aksi yang dilaksanakan pada momentum yang disediakan ini akan dapat mengingatkan kembali massa luas kepada peristiwa yang tragis atau bahkan monumental yang pernah terjadi pada masa lalu.         

II.                Pelaksanaan Aksi Massa / Demonstrasi
Pada saat aksi massa dilakukan, segala tindakan massa disetting sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan para perangkat yang telah diberi tugas. Semua bekerja sesuai dengan tugas yang telah disepakati bersama dalam persiapan sebelum aksi massa digelar.
Penyimpangan terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat bersama, akan dikoreksi pada saat forum evaluasi diadakan.

III.             E v a l u a s i
Evaluasi adalah tahap terakhir dari rangkaian aksi massa. Merupakan forum atau wadah tempat mengoreksi kesalahan-kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di lapangan yang sebenarnya tidak sesuai dengan setting aksi massa yang telah disepakati bersama. Evaluasi ini berfungsi melahirkan ide-ide baru yang dapat membangun struktur pemikiran alternatif terhadap pola aksi yang telah dilaksanakan oleh komite aksi. Dialektika pola aksi massa justru dapat terungkap ketika evaluasi terhadap pelaksanaan aksi massa digelar.

P e n u t u p
Aksi massa atau sering disebut demonstrasi telah semarak di Indonesia sejak periode akhir kejayaan Rezim Soeharto. Fenomena aksi massa ini tidaklah lahir secara spontanitas belaka, kemunculannya lebih dilatarbelakangi oleh latar belakang sosiologis dan psikologi massa yang tidak puas dengan keadaan sosial yang melingkupinya. Keadaan sosial tersebut disebabkan oleh sistem sosial, ekonomi, politik dan kompleksitas sistem yang lain, aksi demonstrasi dengan melibatkan massa yang relative besar pertama kali terjadi ketika mahasiswa makassar menolak kebijakan ekonomi dan peraturan kepolisian tahun 1986 yang memakan korban. Trend aksi demonstrasi dengan mengerahkan massa dalam jumlah besar terus terjadi dikalangan mahasiswa, buruh pabrik, masyarakat, baik diperkotaan sampai kedaerah-daerah.
           

Satu Kata!!  Yakin Usaha Sampai (YAKUSA)

Ternate, .....2011
La Mudi (Asal Muna)

Rabu, 07 Desember 2011

CARA YANG BENAR DALAM MENGANALISA



CARA YANG BENAR DALAM MENGANALISA

 1.  Apakah segala  sesuatu mengalami perubahan ?



Tanpa ada perkecualian segala sesuatu berubah dan akan terus berubah. Kita tidak dapat berpikir tentang sesuatu yang telah mutlak selesai dan lengkap dan tidak akan barubah lagi. Apabila memperhatikan sekeliling kita, alam dan masyarakat manusia, kita dapat menyaksikan segala sesuatu -­bahkan manusia -- terus berubah. Kita bisa melihat berbagai macam hal tumbuh berkembang dan berubah. Perubahan dapat tarjadi secara perlahan-lahan atau tiba-tiba dan mendadak. Segala sesuatu mempunyai permulaan dan akhir.

Bila segala sesuatu berubah, maka pemahaman manusia mengenai sesuatu hal dan pengetahuannya berubah dan  berkembang pula. Analisa yang akurat terhadap  sebab-sebab dan cara-cara bagaimana sesuatu benda dan peristiwa berubah merupakan lompatan jauh ke depan dan dapat memicu kemajuan pengetahuan manusia. Dan melalui kemajuan pengetahuan manusia sanggup secara aktif dan efektif mangubah sesuatu untuk keuntungannya sendiri. Oleh karena kita mengetahui dan menyadari segala sesuatu terus berubah, maka kita tidak akan mundur atau menyerah pada saat menghadapi setiap masalah dan situasi sulit.  Akan tetapi sabaliknya kita akan secara aktif mencoba mengatasi masalah untuk memajukan kepentingan demokrasi nasional rakyat .

2. Apakah sebab-sebab segala sesuatu barubah ?

 Sebab-sebab terjadinya perubahan: sabab internal, sebab dari dalam. Faktar utama yang menentukan tarjadinya perubahan sesuatu hal -- benda atau paristiwa-- dan gerakannya, adalah kontradiksi di dalamnya, kontradiksi adalah kasatuan dan perjuangan dari sisi-sisi atau aspek-aspek yang bertentangan  didalam satu hal.

 Contoh mengapa masyarakat Indonesia berubah dan  berkembang? Apakah disebabkan oleh nasib atau kah oleh bantuan negara lain? Apa yang menyebabkan masyarakat bergerak adalah kontradiksi di dalamnya. Kontradiksi di antara kelas-kelas yang ada. Perjuagan dan pertentangan di antara kelas-kelas masyarakat. Di satu pihak ada-kelas penguasa yang menindas dan menekan perkembangan tanah air negeri Indonesia. Di fihak lain, ada kelas pekerja yang diperas yang bekerja untuk pembangunan kebebasan dan demokrasi.

 Kondisi eksternal, kondisi diluar dipihak lain mempengaruhi terjadinya perubahan. Tiada sesuatu yang terpisah dari lingkungannya. Dalam perkembangan dan pergerakannya, sesuatu hal beraksi bergerak dan menerima reaksi dari segala sesuatu di sekelilingnya. Ini adalah kondisi eksternal yang memparcepat atau memperlambat sebagai faktor cocok atau tidak-cocok terjadinya perubahan suatu obyek.

 Contoh, bahwa faktor yang menentukan perkembangan yang kontinyu dari kawan-kawan dalam perjuangan adalah gagasan-gagasan yang benar dan salah dalam pikirannya, sokongannya terhadap kepentingan demokrasi-nasional-rakyat melawan siapa saja dan apa saja yang bertentangan dengan ini. Sekarang, semuanya tergantung pada kawan tersebut untuk memutuskan apakah ia akan terus berjuang untuk revolusi atau mundur dan menyerah. Tetapi kemudian faktor-faktor eksternal di sekeliling dia juga memiliki pengaruh penting dalam keputusannya. Misalnya,  kolektifnya. kawan-kawan yang menjadi “political officer" di unitnya, keluarganya, kekasihnya, massa dan orang-orang terdekat  lain.



3. Apakah artinya membagi satu menjadi dua ?

 Membagi satu menjadi dua tidak berbeda dari studi kontradiksi. Hal ini akan menjadi inti pembahasan dari usaha mempelajari ciri-ciri dan perjuangan dari hal-hal yang saling bertentangan.

 Analisa membagi satu menjadi dua adalah cara yang benar dalam menganalisa. Melalui cara ini, kita mengetahui mengapa dan bagaimana perubahan suatu obyek atau peristiwa terjadi. Kita menangkap esensi suatu obyek dan kita membenturkan pergetahuan kita dengan kondisi obyektif yang melekat pada suatu obyek.

 Ketika kita mengnalisa sesuatu, kita harus selalu memusatkan diri pada mempelajari esensi, mempelajari aspek-aspek, sisi-sisi,  ciri-ciri, dan kekuatan-kekuatan yang saling bertentangan yang menggerakkan obyek tersebut. Di dalam diri seorang kawan atau di dalam suatu unit kerja misalnya,  kita menganalisa pertentangan gagagasan-gagasan, ciri-ciri negatif dan positif, benar atau salah, revolusioner atau tidak. Di dalam desa-desa kita, kita menganalisa kontradiksi antara pihak revolusioner dan kontra-revolusioner antara kelas penguasa yang pemeras dan penindas di satu pihak, dengan massa yang diperintah ditindas dan diparas dipihak lain.

 4. Bagaimana kita menggunakan perbandingan dan perbedaan dalam analisa kita ?                                 

 Perbandingan dan perbedaan atau kontras adalah dua metode yang kita gunakan dalam menganalisa. Bila kita menganalisa kontradiksi yang membuat suatu obyek bergerak, maka kita akan dapat mengetahuinya dengan lebih baik dengan cara membandingkan dan memperbedakan, membuat kontras dengan kontradisi yang lain. Misalnya, kontradiksi di satu desa kita bandingkan dan kontraska dengan desa yang lain.

 Dengan perbandingan, kita menganalisa ciri-ciri umum yang malekat di dalam kontradiksi yang dipelajari dan kita menemukan ciri-ciri tersebut pada kontradiksi yang lain. Perbandingan membantu kita dalam mamusatkan analisa pada esensi obyek dan mambimbing kita dalam mempelajari kontradiksi.

 Contoh, bila kita manganalisa masalah seorang kawan, kita mengetahui segera bahwa sebagai seorang kawan, ia mengangkat kepentingan demokrasi-nasional rakyat --suatu ciri umum semua kawan-kawan. Ini membimbing kita manganalisa dan mangatasi masalahnya. Contoh lain adalah kita mengetahui bahwa kontradiksi di desa kita adalah sama dengan kontradiksi yang ada di semua desa-desa di Indonesia. Itulah sebabnya mengapa revolusi agraria bisa diterapkan dan harus dilaksanakan di desa kita. Bahkan summing-up terhadap pengalaman-pengalaman protes dan pemberontakan petani baik yang telah terjadi dalam sejarah maupun selama tiga puluh tahun terakhir di bawah rejim boneka fasis Soeharto, memberikan ide pada kita mengenai bagaimana perlunya dan cara melaksanakan revolusi agraria di desa yang kita gerakkan.

 Akan tetapi, pasti tidak mungkin satu kontradiksi sama secara komplit dengan kontradiksi lain. Setiap kontradiksi memiliki ciri-ciri tertentu yang secara khusus melekat pada tiap kontradiksi, suatu ciri inheren dari suatu kontradiksi. Itulah sebabnya, tidak pada tempatnya membandingkan bulat-bulat sama satu masalah dengan masalah yang lain, dan menjiplak jalan keluarnya.



Bersamaan dengan perbandingan, perlu juga dilakukan pembedaan atau kontras, agar mengetahui ciri-ciri khusus, partikular, dari kontradiksi yang dipelejari. Dengan membuat kontras, kita merumuskan pemahaman kita terhadap suatu obyek. Pambedaan perlu untuk merumuskan solusi atau metode perjuangan yang tepat dan cocok.

Contoh, adalah tidak mungkin menjiplak tiap tahap yang dijalankan oleh satu desa dalam pengurangan sewa tanah. Sebab, mungkin sekali bentuk korupsi tuan tanah berbeda-beda. Mungkin juga watak dan kekuasaan tuan tanah, mandornya, tukang-pukulnya, BABINSA dan HANSIP di desa tersebut sedikit barbeda. Dan mungkin juga kekuatan dan kesiapan massa, organisasi massa patani di desa dan kepemimpinannya, dan seterusnya, juga berbeda. Jadi, dalam merumuskan sebuah rencana aksi pengurangan sewa tanah, perlu dipelajari situasi-situasi dan kebutuhan-kabutuhan,  khusus dan istimewa yang khas desa tersebut.

5. Mengapa perlu mengaitkan analisa umum dan analisa khusus ?

 Setiap obyek yang kita analisa merupakan bagian dari obyek yang lebih luas dan besar. Untuk menghindari analisa sepihak atau mata kuda, kita harus memperhitungkan relasi obyek yang kita analisa dengan keseluruhan bagiannya. Kita harus mencatat bagaimana relasi tersabut mempengaruhi dan mencerminkan perkembangan dari hal yang lebih besar terhadap satu obyek. Dengan kata lain, ketika kita menganalisa suatu obyek, kita mengetahui bahwa obyek tersebut merupakan bagian khusus dari keseluruhan hal yang umum. Dengan cara seperti itu, kita akan dapat memahami sebab-sebab dan perkembangan obyek tersebut secara lebih baik lagi.

 Contoh, desa yang sedang kita organisir dan kita gerakan, merupakan bagian dari satu kecamatan, kabupaten dan propinsi. Lingkungan di kota kecamatan dan kabupaten, misalnya tardapat  baberapa kompi tentara, KODIM, KORAMIL, KAPOLRES, BABINSA, HANSIP dan seterusnya, merupakan titik berat reaksi militer, yang sudah jelas kekuatannya di desa. Musuh bisa malancarkan operasi militer secara langsung, atau sekadar mangerahkan formasi BABINSA dan HANSIP harus menjadi perhitungan kita. Dengan manghubungkan analisa di desa dan relasinya dengan lingkungan di kota, kita dapat memahami bagaimana dan mengapa reaksi militer musuh terjadi. Kita tidak boleh menganggap bahwa hal ini hanya marupakan reaksi biasa atas satu insiden yang terjadi di desa, misalnya.

 Contoh lain, komite desa kita tidak bergerak terpisah dari gerakan. Sebab, rencana-rencana kita memang tidak mamberikan tugas tersebut pada tingkat seksi dan kabupaten. Di dalam assessment, kita juga memperhatikan dampak dan pengaruh dan pedoman dari atas dan gerakan secara umum dalam skope kota atau seksi.

 Analisa kita terhadap suatu obyek harus memperhatikan telah bagian-bagian yang membentuk kebulatan suatu obyek. Dengan cara demikian pemahaman kita mengenai suatu hal akan menjadi lebih lengkap, penuh dan mendalam. Kita mengulail kesimpulan-kesimpulan akhir dan menolak kesimpulan-kesimpulan awal.

 Di dalam assesment kita, misalnya, bukanlah untuk mengatakan bahwa secara umum jalannya perjuangan adalah baik. akan tetapi kita harus mencatat perjuangan dari berbagai macam kelompok dan pelaksanaan berbagai macam tugas-tugas, di dalam paindidikan, organizing dan pengerahan massa. Hanya dengan cara analisa inilah implementasi program dan rancana kita akan menjadi jelas, penuh dan benar.

 6. Bagaimana suatu obyek berubah ?

 Pada awalnya, satu aspek dari kontradiksi lebih kuat dan superior dari aspek lain yang lemah. Aspek yang dominan menentukan ciri dasar atau esensi suatu obyek. Masyarakat Indonesia, sebagai contoh, setengah-jajahan dan setengah-feodal karena diperintah dan didominasi oleh imperialisme Amerika, feodalisme dan kapitalisme birokrat.                                                          

 Akan tetapi situasi ini tidaklah stagnan, mandeg. Perjuangan dari dua aspek tidaklah berhenti. Bantuk dan kekuatan dari masing-masing aspek terus barubah. Kita menyebut hal ini sebagai perubahan kuantitatif. Satu tingkat nampak seakan-akan obyek tidak berubah. Apa yang dapat kita perhatikan bila terjadi perubahan hanyalah bentuk luar atau penampilan luar obyek.

 Di dalam masyarakat Indonesia,  pertentangan kelas kelihatan menyolok dalam bermacam-macam perubahan dalam bentuk seperti: meningkatnya jumlah pengangguran, protes-protes massal petani, peemberontakan bersenjata petani, perang di pedesaan Aceh dan Timor-timur, buruh-buruh mogok, dan berbagai macam perjuangan massa, termasuk gerakan mahasiswa yang patriotik dan nasionalis. Akan tetapi, belum terjadi perubahan terhadap relasi mendasar kelas-kelas  di negeri ini.  Inilah  sebabnya mengapa esensi setengah-feodal dan setengah-jajahan masyarakat  Indoneesia  masih tetap di dalam.                                            

 Dengan terus memperkuat aspek fundamental dan memperlemah aspek pokok, maka saatnya akan tiba ketika  aspek fundamental yang menjadi aspek yang memajukan, akan menjadi aspek pokok yang akan mandominasi kini. Perubahan ini kita sebut perubahan kualitatif. Perubahan posisi dominasi dari aspek-aspek yang saling berlawanan akan disertai lompatan-jauh ke depan yang akan merubah esensi sebuah obyek.

Perubahan kualitatif dalam masyarakat Indonesia dewasa ini akan datang pada saat revolusi-demokrasi nasional berhasil: Kelas penguasa yang semula menindas dan memeras, akan diperintah, dan kelas yang ditindas dan diperas akan men,jadi kelas yang memerintah. Akan terjadi perubahan esensi masyarakat Indonesia, perubahan aspek dasar kehidupan ekonomi, politik, dan kebudayaan di negeri ini.

Adalah penting untuk membedakan analisa antara perubahan kuantitatif dan kualitatif terhadap suatu hal. Dengan cara ini, kita tidak bakal diperdayakan oleh perubahan-perubahan atas penampilan dan esensi. Terdapat perbedaan misalnya, antara reformasi dan revolusi. Tambahan pula, cara ini memberikan kejernihan pada kita, mengenai apa kebutuhan-kebutuhan ­dan syarat-syarat supaya perubahan signifikan atas suatu benda dan peristiwa dapat terjadi.

7. Bagaimana suatu kontradiksi bisa diatasi dan suatu obyek dapat berakhir ?

 Kontradiksi berakhir pada saat persatuan dan perjuangan dari aspek-aspek yang bertentangan lenyap, ketika dasar-dasar salah satu aspek yang menentang telah lenyap --aspek yang sudah matang terkebelakang, runtuh, bobrok dan reaksioner. Maka, persatuan diantara aspek-aspek yang bertentangan hancur dan kontradiksi diatasi. Dan bila ini terjadi, suatu obyek akan berakhir. Kontradiksi yang baru akan mulai dalam obyek yang baru.

 Contoh, sepanjang hubungan feodal yang mendasar tetap berlangsung di pedesaan, maka dasar-dasar bagi Imperialisme Amerika dan kapitalisme birokrat untuk menduduki kekuasaan tetap mungkin. Akan tetapi, di dalam kemenangan revolusi damokrasi nasional rakyat, perubahan posisi dari dua kubu yang saling bartentangan, dari kelas-kelas yang bertarung di dalam masyarakat Indonesia dewasa ini akan terjadi. Dan untuk mengatasi kontradiksi ini dan mengakhiri watak setengah-jajahan dan setengah-feodal masyarakat Indonesia, maka perlu dimplementasikan revolusi agraria dan secara sistematis menghancurkan sisa-sisa aturan politik reaksioner di seluruh Pojok negeri. Hanya dengan cara demikianlah foodalisme dan kapitalisme birokrat akan lenyap. Dominasi ampuh imperialisme Amerika akan diganyang habis, dan dari puing-paing masyarakat kuno itu, kebebasan sejati demokrasi dan Indonsia yang maju akan didirikan.

Dengan mengetahui bagaimana kontradiksi diatasi dan bagaimana sebuah obyek barakhir, kini menjadi jelas dalam analisa kita tanggungjawab-tanggungjawab apa yang diperlukan dan dalam situasi apa kita dapat menyingkirkan dasar-dasar dari hal-hal yang saling berlawanan. Jelas bagi kita untuk menyempurnakan solusi masalah-masalah yang kita hadapi dan dan hal-hal lain yang perlu kita penuhi untuk mencapai solusi akhir.

Adalah tanggung-jawab analisa kita untuk mengetahui tidak hanya bagaimana mangatasi kontradiksi, tetapi juga bagaimana mamenamgkan perjuangan demi kepentingan rakyat. Ada dua jenis pertarungan; pertarungan yang antagonistik, yang ditandai dangan kekerasan, dan pertarungan yang non-antagonistik atau moderat. Pertarungan antara kelas penguasa dan kelas yang dihisap dan ditindas marupakan partarungan yang antaganistik karena kontradiksi yang terjadi tidak akan dapat diatasi tanpa metode kekerasan seperti revolusi. Sedangkan pertarungan ide-ide yang benar dan salah di dalam tubuh gerakan merupakan perjuangan yang non-antagonistik. Hal ini dapat diatasi melalui cara-cara moderat seperti diskusi dan kritik yang demokratis, dan tidak dengan sikap kekerasan.

 Dengan menganalisa jenis-jenis pertarungan dari sebuah kontradiksi akan memperjelas kita mengenai metode yang perlu dalam manangani pertentangan. Penanganan dengan kekerasan terhadap kontradiksi yang non-antagonistik akan menghancurkan tujuan dan kepentingan rakyat. Akan tetapi sebaliknya, jika kita menganggap bahwa pertarungan antara kelas penindas dan penghisap dan kelas yang dihisap dan ditindas, maka kita melorot pada reformisme, yang akan menghalangi dan merugikan gerakan kita, dan hanya menguntungkan musuh.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites